Vemale.com - Di masa kini, memotret atau mengambil gambar dengan kamera sangatlah mudah. Tinggal keluarkan handphone, pose, jepret sana, jepret sini, pajang foto di Facebook. Beres..
Hal yang
berbeda terjadi ratusan tahun yang lalu. Saat teknologi fotografi baru
beredar, banyak masyarakat Eropa yang bersuka cita karena bisa
mengabadikan wajah mereka. Selain dapat mengabadikan wajah, mereka punya
misi mulia, supaya generasi atau keturunan mereka dapat melihat
bagaimana wajah keluarga terdahulu.
Obsesi itu membuat masyarakat
Eropa yang baru kehilangan keluarga karena meninggal, membongkar makam
sang jenazah untuk sebuah pemotretan keluarga. Hal ini terdengar
menyeramkan di masa kini, tetapi lumrah dilakukan di Eropa menjelang
akhir tahun 1800-an.
Jadi, bila Anda melihat foto lawas atau kuno
orang Eropa dengan pose kaku, bukan berarti karena mereka masih asing
dengan kamera dan pemotretan. Bisa jadi.. orang dalam foto itu adalah
mayat yang 'dipaksa' berpose.
Ingin tahu bagaimana hasil foto warga Eropa di masa lalu? Silakan memulai dengan menekan tombol di bawah!
Foto mayat untuk kenang-kenangan
Berdasarkan sejarah fotografi yang kami ambil dari Dailymail,
penemuan daguerreotype atau proses fotografi paling awal berlangsung
pada tahun 1839. Penemuan baru ini membuat masyarakat Eropa
berbondong-bondong mengabadikan potret diri sendiri atau keluarga,
dengan harapan, generasi mereka dapat mengenali atau mengenang wajah
keluarga terdahulu.
Seperti yang sudah kami jelaskan di halaman
awal, keluarga-keluarga Eropa tidak keberatan membongkar makam keluarga
mereka agar bisa memiliki foto keluarga yang lengkap.
Pose di samping mayat keluarga
Sebagai foto keluarga, sang jenazah akan diletakkan bersandingan
dengan keluarga yang masih hidup. Karena hal ini biasa saja di tahun
tersebut, keluarga yang masih hidup tidak canggung walaupun bersebelahan
dengan jenazah.
Untuk pose keluarga dewasa, biasanya jenazah akan
dibiarkan duduk. Tetapi untuk jenazah anak-anak atau bayi, biasanya
dibaringkan pada kursi, tempat tidur atau dibaringkan di pangkuan sang
ibu yang masih hidup.
Mata mayat diwarnai kembali
Untuk menghasilkan foto yang tampak natural, seolah semua orang dalam
foto itu hidup, dilakukan trik tertentu. Sang fotografer akan membuka
mata jenazah, memberi rona merah di pipi untuk memberi kesan 'hidup',
serta mewarnai kembali bola mata jenazah.
Walaupun usaha
'menghidupkan' jenazah sudah maksimal, tetap saja pose yang dihasilkan
ganjil dan aneh, karena mayat yang kaku tidak bisa diminta berpose gaya
tertentu.
Bongkar makam demi foto bersama
Terlihat menyeramkan? Bagi kita yang sudah terbiasa dengan kamera,
memang iya. Tetapi masyarakat Eropa di masa itu akan melakukan berbagai
upaya agar wajah mereka atau keluarga mereka dikenang, tidak sekedar
nama atau cerita. Ditambah lagi, tingkat kematian di Eropa pada masa itu
sangat tinggi. Karena itu, terasa biasa saja jika ada sekelompok orang
yang menggotong peti mati dari pemakaman berisi jenazah untuk dipotret.
Jadi,
jika Anda melihat berbagai pose aneh dan ganjil pada potret kuno warga
Eropa, mungkin salah satu anggota dalam foto itu adalah mayat.
From: http://www.vemale.com/ragam/20204-pose-foto-ini-kaku-ya-karena-ini-adalah-foto-mayat.html